MENGAPA TUBUH KITA BISA MERASAKAN SAKIT

Sakit saat melahirkan

Pasti anda pernah merasakan atau mengalami denyutan rasa sakit, rasa perih, rasa tersengat, atau rasa nyeri yang muncul berkala atau terus-menerus. Telah berapa lama anda melawan rasa sakit kronis anda. Saya tahu bahwa rasa ingin tahu anda adalah langkah awal untuk menuju kesembuhan. Saya akan mencoba memaparkan memberikan solusi kepada anda bagaimana cara mengatur rasa sakit agar hidup kita menjadi lebih baik. Hal ini tidak berarti bahwa rasa sakit diabaikan, namun lebih melawan rasa sakit itu sendiri. 

Rasa sakit menurut International Association for the Study of Pain di seattle adalah pengalaman sensoris atau emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan potensi maupun kerusakan jaringan yang sebenarnya, atau dideskripsikan sebagai kerusakan tersebut. 

Ada dua jenis rasa sakit :

1. Rasa sakit akut yang merupakan rasa sakit yang baru saja muncul dan kemungkinan dalam jangka waktu yang terbatas. Rasa sakit ini biasanya berawal di dekat area tubuh yang telah mengalami luka. 
2. Rasa sakit kronis yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Rasa sakit kronis biasanya bertahan hingga sesudah waktu penyembuhan suatu kecelakaan, dan sering kali tidak ada penyebab yang dapat diidentifikasi dengan jelas. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena rasa sakit ditransmisikan dari syaraf, melalui tulang belakang, menuju otak. Ketika ada kerusakan jaringan akibat luka, benturan, patah tulang, atau bengkak, sinyal-sinyal tertentu dikirim melalui urat-urat syaraf. Tergantung urat syarafnya, rasa sakit yang dirasakan akan memiliki Karakteristik yang spesifik. Rasa sakit tersebut dapat berupa rasa perih atau denyut rasa sakit, terasa tajam atau tumpul. 

Urat-urat syaraf bertujuan untuk meneruskan sinyal ke otak. Sinyal-sinyal tersebut berbeda-beda, tergantung pada situasi dan juga lokasi dari syaraf tersebut.

Download Lagu-lagu Keren MP3

Sinyal dari syaraf kemudian ditransmisikan melalui syaraf tulang belakang menuju otak. Pada tulang belakang, rasa sakit dimodulasikan secara alamiah. Rasa sakit dapat dilemahkan atau dikuatkan di dalam tulang belakang. Jika kita dapat memiliki mekanisme tersebut, kita akan selalu mengalami rasa sakit, bahkan termasuk orang-orang yang tidak menderita rasa sakit kronis. Apa pun yang terjadi pada diri kita akan terasa menyakitkan. Untunglah, tubuh kita melawan hal itu. 

Tulang belakang merupakan suatu barisan panjang tulang yang disebut sebagai vertebrata. Tulang-tulang tersebut membentuk tulang tulang belakang dan di antara tulang-tulang tersebut tetdapat persendian yang memungkinkan adanya pergerakan punggung dan badan anda. 

Di dalam rongga tulang belakang terdapat syaraf tulang belakang, sebagian besar terdiri dari sel syaraf dan urat syaraf. Sel-sel tersebut menghidupi urat syaraf, dan mengarahkan aliran sinyal yang melalui urat-urat syaraf tersebut. Sel-sel tersebut dapat memperkuat maupun melemahkan sinyal secara signifikan. Secara umum, bagian posterior, atau belakang, dari syaraf tulang belakang menerima rangsang sensasi dan rasa. Bagian anterior, atau depan, dari syaraf tersebut khusus menangani gerakan.

Syaraf tulang belakang dimulai dari otak hingga bagian bawah dari punggung. Jika anda memotong syaraf tulang belakang anda pada bagian mana pun juga, anda akan menemukan bahwa bagian luarnya berwarna keputihan dan bagian tengahnya berwarna abu-abu. Bagian yang berwarna abu-abu berbentuk seperti kupu-kupu, dan bagian belakang dari sayapnya disebut "posterior horn".

Berbagai jenis urat syaraf yang mengirimkan rasa sakit masuk melalui bagian posterior horn dari syaraf tulang belakang. Rasa sakit diproses di posterior horn. Sinyal elektrik dan kimiawi turun dari pusat otak dan dapat mendorong posterior horn untuk melawan rasa sakit.

Ada dua teori mengenai bagaimana perlawanan tersebut terjadi.

1. Yang pertama adalah teori Gate Theory : Dua jenis urat syaraf yang berbeda (tebal tipis) bertemu pada posterior horn. Urat yang tebal menangani perasaan dan membantu kita mengetahui bagian-bagian dari tubuh kita. Urat yang tebal akan lebih kuat dan lebih cepat menangani rasa sakit daripada yang tipis.  Ketika kedua sinyal rasa sakit bertemu, sinyal yang lebih kuat cenderung menekan sinyal yang lebih lemah. Dokter-dokter yang mengembangkan teori tersebut (Dr. Ronald Melzack, Dosen Psikologi di McGill University di Montreal, dan Dr.Patrick D. Wall, Dosen Fisiologi di United Medical and Dental School di London) memperoleh hadiah Nobel atas usaha mereka.
2. Teori yang kedua adalah bahwa tubuh memproduksi zat kimia yang disebut "endorphin" untuk menolong tubuh melawan rasa sakit secara alamiah. Endorphin memiliki kemampuan yang serupa dengan narkotika, yaitu dapat menghambat rasa sakit. Zat kimia tersebut muncul dengan cara memisahkan diri dari DNA tubuh. DNA adalah substansi yang mengatur kehidupan sebuah sel dan memberikan perintah bagi sel untuk tumbuh maupun untuk berhenti tumbuh. Pada permukaan sel, terutama sel syaraf, terdapat area yang menerima narkotika atau endomorphin. Area di mana tubuh melawan rasa sakit adalah reseptor opioid.